klik klik

Jumat, 08 Desember 2017

Terjebak di Dunia Ilusi

08/12/2017 Sadarkan Aku
Semakin lama dunia ini semakin sulit ku pahami. Aku rasa kepahitan, kecewa, cemburu dan marah mulai menghampiri. Apakah dunia sudah tak mengijinkan kebahagian datang lagi, apakah dunia sudah membenciku. Atau aku yg terlalu lama terjebak dalam dunia ilusi yg membuatku nyaman di zona aman. Sadarkan aku!, bangunkanlah aku!.
Diriku tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan seperti dulu lagi. Kebahagiaan yg tanpa batas. Aku mulai menyadari, kalau kebahagiaan itu cuma titipan. Adakalanya kita bahagia, ada kalanya kita berduka. Satu demi satu alur cerita mulai ku pahami, tetap saja aku masih terjebak di zona aman, atau dunia ilusi.
Aku tak tau apa yg ada dipikiranku, yg kulihat, yg kurasa, yg alami. Itu semua ilusi atau bukan.
Masalahnya, aku tak pernah merasa kehilangan ketika nenek ku meninggal, aku tak menangis, tak ada air mata yg keluar dari mataku. Seakan hal itu biasa aja. Nyatanya orang2 disekitarku menangis. Tapi aku, biasa saja.
Saat aku pergi jauh dari nenekku (bibi) yg mengurusku dari kecil hingga besar. Yg kurasakan biasa saja, apa yg terjadi padaku! Apa yg sebenarnya ada dalam pikiranku!, hatiku!.
Seakan aku adalah robot. Pikiranku bisa diatur. Hatiku bisa diatur. Ada yg bilang aku ga punya hati, emang aku ga punya hati. Aku bisa nangis disaat orang2 disekitarku terkena musibah, aku bisa marah saat orang2disekitarku sedang terhina, dan aku tak bisa bahagia saat orang2 disekitarku sedang mendapat rezeki. Kenapa! Apa aku punya hati atau aku memang tidak peduli dengan sekitarku.
Aku ga mau bertanya, karna egoku besar. Aku selalu menutup diri. Aku terpacaya kepada orang2 yg ada disekitarku, seakan aku selalu menyendiri.
Aku ingin sekali menangis ketika mengingat masa lalu yg takan terulang kembali, dimana setiap dua minggu sekali orang tuaku pulang dari jakarta. Mereka pulang dengan membawa cinta dan kasih sayang mereka, sehingga aku mengingatnya hingga sekarang.. Aku ingin menangis, tapi aku tak bisa. Yg kulihat sekarang adalah. Kebencian kepada mereka. Dimana aku tidak tau alur ceritanya. 2011 adalah tahun terakhir dimana aku melihat kebersamaan keluarga yg tak tergantikan. Yg tak dapat digantikan dengan harta. Malam tahun baru 2012 merupakan akhir bahagiaan keluargaku. Mereke bertengkar, waktu itu aku masih bodoh, aku tak bisa apa2. Aku merasa, itu seperti biasa saja, aku  Melihat orang tuaku bertengkar, seakan sudah biasa terjadi. Apa yg ada dipikiranku. Apa. Malam itu seakan tak terjadi apa2. Tapi adik lebih sadar apa yg terjadi. Hingga sekarang dia masih membenci ayahku.
Aku hanya boneka yg selalu dihasut2 oleh ayahku untuk membenci ibuku, tapi aku tak bisa. Aku dihasut untuk membenci kakek (paman) sama nenek (bibi) ku supaya masalah ini cepat berakhir. Nyatanya sampai sekarang aku tak bisa. setelah kejadian itu pun aku bersikap seakan malam itu tak terjadi apa2.
Hari selanjutnya, aku dihasut untuk mencari tau tentang siapa selingkuhan ibuku. Dan aku pun mulai mecari tau identitasnya. Mencari dan terus mencari.  Ayahku berpendapat bahwa lelaki itulah yg merusak rumah tangganya. Dia tidak akan memaafkan orang yg sudah menghancurkan kebahagiaan rumah tangganya. Dia sudah merenggut kebahagiaan keluarganya. Tapi apalah daya. Ini sudah takdir. Mau berkata apa lagi.
Aku tak bisa menyalahkan ibuku. Dan aku tak bisa menyalahkan ayahku. Ini takdir. Cerita yg kudengar dari ibuku adalah, ayahku tak pernah ngasih uang kepadanya. Ibuku tidak tau alasannya kenapa ia tidak pernah ngasih uang. Yg ibuku tau. Setiap kali gajian dia selalu ngasih ke mponya dengan alasan bayar air, ini itu. Dan nyatanya malah ibu yg menjadi pembantu. Disuruh ini itu. Setiap gajian di peres sodaranya seakan ibu ku punya banyak anak. Itulah yg dia alami. dan menurut cerita ayahku. Alasan kenapa dia tidak memberi uang adalah. Takut uangnya di kasih ke orang lain, dia ga mau ngasih duit ke nenenkku dengan alasan takut diambil semua oleh neneku. Takut aku disengsarakan.  Soalnya dulu, kakeku ga mau kerja kalau aku ga diurus oleh nenekku. Tapi setelah aku pahami dan rasakan. Aku lebih memilih berpihak kepada ibuku. Kenapa. Yg ku alami setelah tinggal bersama ayahku selama beberapa bulan adalah, benar nyatanya. Uwa (mpo)ku memakai trik tanah benih dengan cara paksa. Dia menanam kebaikan dengan kepadaku dengan harapan agar dia bisa dapat hasilnya. Tapi nyatanya dia selalu gagal panen. Maksudnya adalah, dia bela2in bantuin aku nyari kerja agar aku tiap bulan ngasih dia jatah. Itulah pasti yg aku dan ibuku alami. Aku pernah bertanya siapa yg merusak rumah tangganya dan Aku jawab adiknya sendiri. Dia malah membantah dan mengalihkan pembicaraan. Selama aku disitu aku mendengar cerita2 dari ibu tiriku. Aku yakin dia tak pernah berbohong. Dan yg kudangar persis yg diceritakan ibuku. Setelah aku dapat kerjaan aku tak pernah ngasih sepeserpun kepadanya. Terkecuali anak teh iis dan adikku. Kenapa, soalnya aku masih menyimpan dendam kepada mereka. walau mereka baik padaku, itu hanya kebaikan ada maunya. Seperti yg kukatakan aku ingin balas dendam kepada mereka yg mencoba memanfaatkan ibuku. Sampai sekarang mungkin mereka entah masih benci. Aku udah ga kontekan lagi. Terkecuali kemari. Aku nelpon uwa enap untuk nanyain kabar. Yang aku yakini dalang pemecah belah dikeluarga itu adalah bibiku (bi anis). Kenapa dari rumor yg kudengar, dia mencoba merusak hubungan keluarga wa cecep. Dengan cerita2 wa cecep selingkuh dengan cewek yg ada dikampung ibu tiriku. Terus dia mencoba merusak hubungan keluarga teh iis sama a endang. Intinya dia ingin merusak seluruh hubungan keluarga yg ada dirumah itu supaya dia bisa menguasai rumah itu dan dia bisa kontrakin dan jadi juragan kontrakan. Itulah rumor yg aku dengar. Tapi yg pasti. Sekarang dia masih seperti itu.

Tidak ada komentar: